Keunikan Wisata Tabuik Kota Pariaman Sebagai warisan Budaya

 



    Sumatera barat merupakan provinsi yang memiliki keragaman dan keunikan wisatanya. Mulai dari wisata bahari sampai dengan wisata budaya. Masyarakat Sumatera barat sangat memegang teguh adat dan budaya leluhur mereka. Mungkin yang sangat kita kenal dari Provinsi Sumatera barat adalah kulinernya yaitu rendang dan nasi padang. Begitu juga dengan wisatanya yang tidak terlepas dari unsur-unsur budaya yang kental seperti Wisata Tabuik yang dilaksanakan di Kota Pariaman. Tabuik merupakan salah satu tradisi budaya tahunan yang menjadi wisata yang sangat sakral dengan balutan budaya  dan adat masyarakat Pariaman. Kegiatan Tabuik ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-19 Masehi. Perhelatan tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram yang wafat dalam perang di Padang Karbala.

    Dalam perkembangannya Tabuik sendiri diambil dari bahasa arab ‘tabut’ yang memiliki arti peti kayu. Pemberian nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq. Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah, kemudian setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya untuk kemudian  itu dimasukan kedalam laut

    Tabuik terdiri dari dua macam, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Pemberian nama ini sesuai dengan asal wilayah dari tabuik tersebut yaitu Daerah Pasa dan Subarang. Keduanya berasal dari dua wilayah berbeda di Kota Pariaman. Tabuik Pasa merupakan wilayah yang berada di sisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut hingga ke tepian Pantai Gandoriah. Dalam perkembangannya wilayah Pasa ini dianggap sebagai daerah asal muasal tradisi tabuik dilaksanakan di Kota Pariaman sampai sekarang. Kemudian untuk tabuik subarang berasal dari daerah subarang, yaitu wilayah di sisi utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai Kampung Jawa.

 

    Rangkaian pelaksanaan tradisi tabuik di Pariaman terdiri dari tujuh tahapan ritual atau proses tabuik sebelum dibuang ke laut, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut. Proses mengambil tanah dilaksanakan pada 1 Muharam setelah maghrib. Tanah yang diambil menjadi simbol kuburan dari cucu Nabi Muhammad. Kemudian menebang batang pisang dilaksanakan setelah Ashar pada hari ke-5 Muharam. Pada proses penebangan ini terjadi peristiwa pertengkaran antara rombongan tabuik pasa dan tabuik subarang yang dibedakan oleh kostum dari masing-masing wilayah.  Acara dilanjutkan dengan proses Mataam pada hari ke-7 sebagai puncak kesedihan, dilanjutkan dengan mengarak jari-jari pada malam harinya. Pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban. Pada hari puncak, dilakukan ritual tabuik naik pangkek, kemudian dilanjutkan dengan hoyak tabuik. Masuk ke hari puncak yang dahulu jatuh pada tanggal 10 Muharram, tetapi saat ini setiap tahunnya berubah-ubah antara 10-15 Muharam, biasanya disesuaikan dengan akhir pekan. Proses ini merupakan tahapan yang sangat meriah sebagai ritual penutup. Pelaksanaanya dilakukan menjelang maghrib dimana tabuik diarak sambil dioyak menuju pantai dan dibuang ke laut. Tabuik yang dibuang ke laut biasanya banyak diikuti oleh masyarakat dengan tujuan mengambil atribut apa saja yang terdapat di tabuik. Karena masyarakat percaya bahwa atribut tabuik memiliki kesakralan dan memberikan efek positif bagi mereka yang memilikinya. Semua rangkaian dari pelaksanaan tabuik ini memiliki makna yang sangat  mendalam untuk mengenang kematian dari sosok cucu Nabi Muhammad

    Setiap tahunnya, puncak acara tabuik selalu disaksikan puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Tidak hanya masyarakat lokal saja, wisata lokal masyarakat Kota Pariaman ini juga mendapat perhatian dari banyak turis asing yang membuatnya menjadi perhelatan besar yang ditunggu-tunggu semua lapisan masyarakat setiap tahunnya. Acara puncak yang dikenal sebagai oyak tabuik ini dilaksanakan di Pantai Gandoriah yang menjadi titik pusat perhatian seakan menjadi lautan manusia, khususnya menjelang prosesi tabuik diarak menuju pantai. 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keunikan Wisata Tabuik Kota Pariaman Sebagai warisan Budaya"

Posting Komentar