Sumatera Barat: Merajut asa di tanah yang kaya







Indonesia merupakan negara yang menerapkan asas perekonomian desentralisasi hingga ke tingkat desa. Desentralisasi hingga ke desa tersebut bertujuan untuk mendekatkan pelayanan dasar terhadap masyarakat desa, menurunkan kemiskinan dan memperkecil ketimpangan. Hal tersebut menunjukkan keyakinan pemerintah bahwa pembangunan berbasis perdesaan dapat memperkuat pondasi perekonomian, menurunkan kemiskinan, dan memperkecil ketimpangan antar wilayah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan hasil bumi yang sangat beragam. Kondisi geografis mendorong Sumatera Barat menjadi provinsi yang kaya akan sumber daya alam mulai dari kopi, teh, karet, kelapa sawit, padi dan masih banyak lagi. Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik nilai ekspor kelapa sawit Provinsi Sumatera Barat mencatat 2.1 Juta ton. Tidak hanya itu luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 296.492 hektare, mengalami peningkatan sebanyak 24.609 hektare atau 9,05 persen dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 271.883 hektare. Produksi padi pada 2023 diperkirakan sebesar 1.457.502 ton Gabah Kering Giling (GKG), mengalami peningkatan sebanyak 83.970 ton GKG atau 6,11 persen dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 1.373.532 ton GKG. Produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 843.927 ton, mengalami peningkatan sebanyak 48.621 ton atau 6,11 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 795.306 ton. 

Secara keseluruhan nilai produksi dan ekspor-impor Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan pada tahun 2023. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi masyarakat. Karena melalui peningkatan produksi ini membuat keadaan ekonomi menjadi stabil. Tercatat pada tahun 2023 triwulan III  Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp78,49 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp47,91 triliun. Ekonomi Sumatera Barat triwulan III2023 terhadap triwulan III-2022 tumbuh sebesar 4,30 persen (y-on-y). Selain itu jika dilihat dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9.87 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 9,35 persen. Ekonomi Sumatera Barat triwulan III-2023 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,83 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 7,77 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Luar Negerisebesar 13,53 persen. Sampai dengan triwulan III-2023, ekonomi Sumatera Barat mengalami pertumbuhan sebesar 4,75 persen (c-to-c).Darisisi produksi, pertumbuhan terbesarterjadi pada LapanganUsaha Jasa Lainnya sebesar 10,54 persen. Sementara darisisi pengeluaran, pertumbuhan terbesarterjadi pada Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 7,59 persen.


sumber:BPS Sumatera Barat


Sebagai sebuah indikator kesejahteraan, pemerintah Sumatera Barat berusaha untuk menekan persentase kemiskinan dari berbagai bidang yang terkait. Kondisi perekenomian yang baik berdampak pada tingkat kemiskinan yang cenderung turun. Bahkan berdasarkan data BPS tahun 2018 tercatat persentase kemiskinan Provinsi Sumatera barat menyentuh angka 6.65%. Namun mengalami penurunan pada tahun 2023 pada angka 5.59%. Persentase kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nasional pada angka 9.36%. Penurunan angka kemiskinan ini merupakan hasil dari usaha pemerintah dalam mengelola perekonomian dalam daerah terkhususnya di bidang pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat Provinsi Sumatera Barat.

 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sumatera Barat: Merajut asa di tanah yang kaya"

Posting Komentar